Latest Posts

Resensi Buku "Pelabuhan Terakhir"

By 04.51






Judul Novel            : Pelabuhan Terakhir

Pengarang               : Roidah

Tebal Buku             : 159 hal

Penerbit                  : Erlangga, Jakarta

Tahun Terbit           : 2012

Zahra yang tidak dekat dengan sang ayah dan tak begitu mengenal Tuhannya, membuat dia dilema dalam masalah percintaan dan pekerjaan. Dalam novel Pelabuhan Terakhir ini diceritakan bahwa dalam hidup manusia tak akan pernah bisa menghindari takdirnya. Kenyataan ini yang membuat tokoh utama novel ini menyadari akan garis lurus yang tegak antara kekecewaan Zahra pada manusia lain dengan kebutuhannya akan Tuhan. Lalu tanpa diinginkannya, beberapa orang pun berhasil masuk ke dalam kehidupannya dan keluarganya, sehingga mengurai makna tentang apa yang dibutuhkan dari wanita terhadap pria dan begitu juga sebaliknya. Sehingga tokoh utama novel ini memilih diantara tiga pilihan lelaki yang membuat dia begitu bingung dan bimbang.

Novel Pelabuhan Terakhir karya Roidah ini berkisah tentang Zahra. Zahra adalah seorang wanita mandiri dan berkarier sukses, namun selalu gagal dalam masalah percintaan. Zahra hanya dua kali berpacaran seumur hidupnya. Putus dengan Aldo, teman se-SMA hanya karena pertentangan sifat, tapi putus dengan Alvon, teman sejurusan di kampus, karena dia mengkhianati Zahra yang berpacaran dengan wanita lain di belakangnya. Kasus tentang penindasan terhadap wanita yang sering ia tangani turut membuatnya enggan menikah dan cenderung membenci kaum pria. Pemikiran seperti itu tidak ada hubungannya dengan masa lalu, tapi pemikirannya lebih terbentuk karena kisah nyata dari beberapa perempuan yang disakiti lelaki, hingga ia berkesimpulan lelaki memiliki berjejer sifat negatif yang sangat tidak bisa di toleransinya.

Zahra yang terlahir sebagai anak tunggal dalam keluarga malah membuat dirinya semakin tertekan. Akhirnya, ia pun dijodohkan oleh sang ayah dengan seorang pria. Sang ayah yang sudah ingin menimang cucu, dan khawatir dengan usia anaknya tersebut, akhirnya memilihkan jodoh untuknya. Nama Poernomo alias Ipung pun mencuat ke permukaan. Sudah hampir dua minggu nama Ipung dikenalkan sang ayah, ditambah pula tingkat jenuh yang mulai datang dari pekerjaannya sekarang semakin membuat pikirannya kian kacau. Sudah beberapa bulan belakangan Zahra mulai merasa tak betah dengan tugasnya di kantor.Rasa muak terhadap penderitaan kaum perempuan, di mana Zahra dan lembaganya tidak bisa berbuat lebih banyak bagi mereka, sehingga membuat Zahra ingin hengkang saja. Zahra memutuskan mulai melirik dunia kerja baru. Ia mendapat tawaran pekerjaan, masih urusan sosial. Ia diajak bergabung di pendampingan Suku Kubu, Jambi.

Kisah percintaan Zahra pun semakin berwarna ketika dia bekerja di Jambi. Setelah nama Ipung dikenalkan sang ayah, kini muncul nama Sultan, lelaki gagah dan bertanggung jawab yang mampu membuatnya kembali ingat kepada Tuhan dan agama. Sudah lama ia tak pernah ingat kewajibannya sebagai seorang muslim. Waktu kecil ia telah dididik mengerjakan shalat oleh ibu, namun beranjak remaja shalatnya kian bolong, hingga menghilang sama sekali, apalagi sejak ditimpa masalah cinta. Ada juga Laman Senjo, anak sang kepala suku yang lugu dan polos. Dua lelaki ini pun berhasil menumbuhkan kembali citra positif laki-laki di mata Zahra dan mampu menggugah kembali nurani perempuannya. Sementara ketika sang ibu terbaring sakit, Ipung pun tak segan memperlihatkan kepedulian dan perhatian kepada ibunya. Kejadian itu pun semakin membuat hati Zahra bimbang.

Diantara tiga pilihan, karena merasa bersalah kepada ibunya Zahra pun harus mengambil keputusan untuk segera menikah. Ipung yang baru bertemu dengannya di rumah sakit, kian lama membuat Zahra salut dengan sifat Ipung yang peduli dan perhatian kepada keluarganya. Sultan yang telah mengingatkannya kepada Tuhan dan agama pun membuatnya mulai merasakan sesuatu terhadap Sultan dan Laman Senjo, anak sang kepala suku yang lugu dan polos yang pernah dekat dengannya. Di antara tiga pilihan laki-laki ini membuat hati Zahra bimbang. Zahra berpikir kalau ia menikah dengan Laman Senjo apa kata ibunya nanti, karena latar belakangnya yang hidup di Suku Kubu, Jambi dan Zahra pun tidak bisa menerima latar belakang Laman Senjo yang hidup di sana. Lalu ia beranikan diri untuk menyatakan rasa cintanya kepada Sultan. Zahra akan memilih salah satu dari mereka dan menikah dengan pilihannya tersebut.

Kekurangan Novel ini adalah, terlalu banyak kosa kata yang sulit untuk dimengerti bagi para pembaca. Jika pembaca tidak peka, maka pembaca tidak akan mengerti alur cerita di dalam novel tersebut.

Desinta Ika Rezalina
semester II prodi S1 Keperawatan
Stikes Icsada Bojonegoro

You Might Also Like

0 komentar