Latest Posts

Hiks, Dia Fikir Itu Beneran

By 05.13


Awal dari kerumitan ini saat vina semangatnya bercerita kalau ia baru saja ketemu dengan Farid dilobi kampus kami.
         "Kenapa lama sekani vin?" Rani teman sekelas bertanya.
Saat itu, kami sibuk melototi laptop, mengerjakan tugas keperawatan kardiovaskuler disalah satu kelas yang berada dilantai dua kampus.
          Vina hanya tersenyum simpul.
          "Bukannya kamu mau ngerjain tugas ini? nggak jadi?" Aku nyengir
Vina masih tersenyum simpul. Loncat duduk dikursi sambil menyalakan handphone.
          "Eh kenapa kamu sekarang suka senyum-senyum sendiri, Vin?" Rani sibuk menyelidiki vina. Menatap lekat vina disebelahnya. Kepo ingin tahu urusan orang lain.
          "Memangnya diHP ada yang lucu? cuma lihatin pembaharuan status terbaru" Rani melihat sekilas handphone Vina.
          Vina malah melebarkan senyumnya.
           "Ada apa sih Vin?" Rani penasaran
           "Rahasia" Vina tertawa
           "Ayolah" Rani yang sebal semakin mendekati Vina berharap Vina berhenti melihat handphonenya pindah memperhatikannya.
Vina nyengir menatap Rani lamat-lamat, lantas terlontar sebuah kata pendek, "Farid"
Pelan saja Vina menyebutkan kata itu, berbisik malah, sengaja agar yang mendengar hanya Rani. Tapi, itu cukup menghentikan langkahku yang persis sudah dibawah bingkai pintu kelas. Dan juga tentu saja teman yang lain yang masih sibuk dengan tugasnya.
             "What????? Farid?"
Lupakan tugas bergegas balik kanan.

                                                                      "^"

Huft, kalau mendengarkan baik-baik cerita Vina, aku pikir tidak ada yang spesial. Apanya yang spesial? Vina sedang santai dilobi kampus, saat itu duduk dilobi sudut mata Vina menangkap ada Farid yang melangkah masuk.
               "Eh ada Vina. Siang Vin" Farid tersenyum
Vina mengangguk-angguk kayak orang sawahan. Ditengah teduhnya lobi kampus, kesibukan mahasiswa lain, dan lalu-lalang mahasiswa. Maka jadilah duduk santai bareng Farid. Bareng? enak saja, yang tepat Vina duduk santai bareng mahasiswa lain. Dan itu biasa saja, apanya yang spesial? istimewa? please deh, Farid itu memang gentle, ia ramah kesemua orang, memang kadang cuek, baik hati, disamping itu eh..........tentu saja tinggi, tampan dan pintar.


                                                                    "^"

Tugas keperawatan kardiovaskuler itu sudah kelar sekitar pukul 14.00.
               "Rani!" Ada yang berseru kencang. Persis saat aku mau duduk dibawah AC kelas.
               "Ada apa, sih?" Rani mendekati Vina lebih dulu. Mendekat ke Vina yang sedang duduk menhadap handphonenya.
               "BBM ku dibalas" Wajah Vina memerah bahagia, andai kata bisa diilustrasikan seperti komik-komik remaja, akan nampak bunga warna-warni dan pelangi segala diatas kepalanya. Tuing...Tuing.
               "Dibalas siapa?" Rani ingi tahu, menyeruak melihat layar handphone Vina.
               "Farid"
Aduh! Aku lagi-lagi menepuk jidat. Ternyata kami dipanggil teriak-teriak hanya urusan BBM.
               "Tadi aku BBM nanya soal mata kuliah yang ini, lantas dia blas dengan kata-kata lembut" Vina sumringah.
Selalu menjelaskan menjelaskan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dijekaskan.
               "Lihat kan?" Vina menunjuk BBMnya.
Aku balik kanan, ,menghela nafas, itu biasa saja kali. Farid baru saja terkoneksi dengan Vina, tidak ada hubungannya dengan duduk santai barusan.

                                                                   "^"

Maka, bagi kami kelas segera berubah drastis seminggu terakhir, Vina sibuk atas pertemanan barunya didunia maya dengan Farid. Maksudnya sibuk bercerita, memberi tahu jika ada yang spesial menurutnya. Karena Vina lever ke GRannya yang tingkat nasional, maka itu berarti apa saja spesial baginya.
Sejak dua minggu terakhir ini, Vina sudah ngebet berat sama Farid. Perteamanan didunia maya ini terasa sungguhan benar olehnya, padahl didunia nyata? apanya yang deket? mereka paling cuma ngobrol satu dua kalimat, tidak ada bedanya dengan yang lain.
                 "Nggak semu kali" Aku memotong cerita Vina.
Vina yang sedang semangat cerita soal BBM Farid yang dianggapnya sebagai pertanda "hubungan mereka" menoleh padaku.
                 "Nggak semua apanya? Vina bertanya
                 "Ya nggak semua perhatiannya tentang kamu" aku mengangkat bahu.
                 "Kok kamu tahu? Vina bertany lagi.
                 "Tahu saja" Aku masih menanggapi.
                 "Terus kenapa kamu bisa menyimpulkan seperti itu? bukannya kamu tidak ada hubungan apa-apa dengan Farid? dan  aku yakin sih nggak bakalan Farid ada hubungan dengan kamu" Vina melotot sambil nyengir.
                  "Memang enggak" Aku memastikan
Rani yang duduk ditengah tertawa, melihat muka Vina memerah.
                  "Ayo ngaku saja!" Vina nyengir, tidak percaya
                  "Kamu naksir Farid juga kan? pantas saja setiap kali bercerita wajahmu berubah, tidak terima. Ih cemburu ya? sayangnya kamu bua tipe Farid!" Vina memastikan itu padaku,
                  "Aduh! aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Siapa yang naksir? aku cuma memastikan, biar Vina tidak terlalu GR atas BBM Farid. Hanya itu! siapa pula yang cemburu? anak ini semkin error GRnya".
Rani semakin terpikal, menonton kami bertengakar.

                                                                   "^"

Seminggu berlalu, tetap begitu-begitu saja kelakuan Vina.
                   "Raniiii, siniiii! ada yang baru" Vina persis seperti pembawa acara berita televisi yang sedang live liputan aksi, berseru antusias.
Aku dan rani yang sedang duduk, belajar dikelas lantai dua kampus bersama Vina yang asyik dengan handphonennya menoleh.
                    "Ada apa? Rani bertanya.
                    "Farid ran, Farid" Vina mendesis riang.
                    "Ada apa dengan Farid?"
                    "Farid bilang selamat ulang tahun.
                    "Lantas?" Aku bertanya, sedikit tidak sopan.
                    "Ya tidak ada lantas-lantasnya, aduh dia ngucapin selamat ulang tahun tapi belum jam 12 malam lohh" Vina cengengesan riang, "Farid orang pertama yang bilang, dia pasti sengaja"
                    "Biasa aja kali" aku kembali mengalihkan pandangan kebuku tebal tentang keperawatan. "Mungkin juga karena setting waktu facebook Farid pakai negara Amerika Serikat, jadi waktunya lebih cepat dibanding kita. Notifikasi ada teman berulang tahun muncul lebih cepat. Jadi, dia tidak sengaja ingin jadi orang pertama yang bilang"
                    "Dasar" Vina mengelak
Rani tertawa segera ber shhh "Sudah-sudah jangan bertengkar"
                    "Benar kan? itu memang tidak spesial kan?" Aku menatap protes kepada Rani.
Bagaimana mungkin Rani selalu membesarkan hati Vina? jelas-jelas itu hanya facebook, BBM. Di dunia nyata? bahkan aku yakin Farid tidak akan bilang kalimat itu langsung dikampus.
                    "Kamu naksir Farid kan? ayolah ngaku saja" Vina nyengir, balas berseru tidak sopan.
                    "Bukan itu poinnya" Aku mengelak.
                    "Ayolah ngaku saja" Vina memonyongkan bibirnya. "Kasihan, gebetannya ternyata naksir aku" Vina nyengir.
                    "Siapa yang naksir kamu Vin? Farid? aduh, jangan GR deh" Aku balas memonyongkan bibir.
Rani lupa kalau ia harus melerai, sekarang ia malah tertawa lebar melihat kami saling berseru.
Aku berdiri kesal, berlalu membawa serta buku tebal tentang keperawatan. Dari pada mendengarkan celoteh Vina yang semakin galau semesta.

                 

You Might Also Like

0 komentar